Rabu, 05 Januari 2011

ETIKA DALAM EKONOMI

Ilmu ekonomi terkandung dan berkembang dari filosofi moral. Ilmu ekonomi secara umum, diperkenalkan adanya salah satu tokoh peletak dasar ilmu ekonomi yaitu Adam Smith (1723-1790). Dalam bukunya yang berjudul The theory of moral sentimenta(1759), smith mempercayai bahwa bagaimanapun orang mementingkan dunianya sendiri. Pada diri orang yang bersangkutan selalu ada perasaan etika untuk bergairah dan suka melihat dan menolong orang lain menjadi bahagia. Sedangkan dalam praktek setiap kegiatan alokasi sumberdaya, sebenarnya ekonomi mau tidak mau akan melibatkan dirinya pada upaya untuk mencari perangkat-perangkat yang tidak tepat dapat menjamin kearah terbentuknya pola-pola organisasi ekonomi sosial tertentu sesuai dengan pencapaian tujuan yang diinginkan. Alternatif perangkat tersebut dimaksudkan untuk mengarah kepada tujuan agar alokasi sumberdaya yang dilakukan dapat meningkatkan ekonomi ke arah yang lebih baik, khususnya ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat banyak.
Aspek kesejahteraan yang sebenarnya selalu menadi pusat perhatiaan dari disiplin ilmu ekonomi. Yang menyangkut sumberdaya dan komunikasi yang keduanya langka, tapi akan selalu dibutuhkan oleh manusia untuk mendukung kehidupannya, sehingga manusia dipaksakan untuk berhadapan dengan permasalahan alokasi sumberdaya. Hubungannya dengan alokasi tersebut, ilmu ekonomi juga sangat memperhatikan permasalahan organisasi institusional yang mempunyai peran untuk mengatur alokasi sumberdaya, agar tujuan kesejahteraan bagi kepentingan orang banyak dalam masyarakat dapat tercapai.
Yang dibutuhkan dalam lapangan ekonomi adalah sikap disiplin yang berfungsi untuk mendorong orang-orang dalam arah kemauan menaruh rasa hormat kepada hukum yang berlaku secara umum, maupun dibidang lingkungan hidup.
ETIKA BISNIS
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Penerapan etika dalam suatu organisasi, karena aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka
lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal
bertindak secara moral.
Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia,
indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral
PARADIGMA BISNIS YANG BERETIKA DALAM ISLAM
Paradigma adalah cara memandang sesuatu atau model, teori ideal yang dari sudut pandang tertentu sebuah fenomena dijelaskan. Suatu gugus pikir yang dijadikan sebagai cara pandang untuk memahami sesuatu secara utuh. Paradigma bisnis adalah gugusan pikir atau cara pandang tertentu yang dijadikan sebagai landasan bisnis baik sebagai aktifitas maupun sebagai entitas. Dalam aspek ekonomi dan bisnis, Al-Quran telah menawarkan prinsip keadilan dan kesucian pada 3 aspek sekaligus yaitu melarang pengelolaan harta yang terlarang haram, terlarang dalam cara dan proses memperoleh atau mengelola dan mengembangkannya, terlarang pada dampak pengelolaan dan pengembangannya jika merugikan pihak lain.
Kesatuan terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen serta memntingkan konsep konsekuensi dan keteraturan yang menyeluruh. Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi dan sosial demi membentuk kesatuan. Maka etika dan ekonomi atau etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem islam yang homogen yang tidak mengenal kekusutan dan keterputusan.
Keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Keadilan, kebersamaan, kemoderatan merupakan prinsip etis mendasar yang harus diterapkan dalam aktifitas maupun entitas bisnis. Perilaku keadilan dalam bisnis secara tegas dijelaskan dalam konteks perbendaharan bisnis agar pengusaha muslim menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang dengan neraca yang benar, karena perilaku yang baik akan membawa akibat yang baik pula. Kualitas keadilan akan menguasai cakrawala ekonomi dalam ekonomi atau bisnis islam dengan menyingkirkan baik struktur pasar yang eksploitatif maupun perilaku otomistik yang egois dari para agen ekonomi dan bisnis. Keseimbangan sosial harus dipertahankan juga, bukan hanya bidang material seperti kekayaan yang merata, tetapi mengenai distribusi harga diri yang merata antara si kaya dan si miskin. Jadi bahwa keadilan merupakan landasan pikir dan kesadaran dalam pendayagunaan dan pengembangan harta benda agar tidak menyebabkan kebinasaan bagi manusia melainkan menjadi media menuju kesempurnaan jiwa manusia sebagai khalifatullah.
Kebenaran adalah nilai kebenaran yang dianjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku yang benar yang meliputi proses transaksi, mencari, pengembangan maupun dalam proses upaya meraih keuntungan. Dari sikap kebenaran maka suatu bisnis secara otomatis akan melahirkan persaudaraan. Persaudaraan dan kemitraan antara pihak yang berkepentingan dalam bisnis yang saling menguntungkan tanpa ada kerugian. Maka etika bisnis islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.