Sabtu, 23 April 2011

Bahasa Inggris Bisnis 2 Tugas 2

Soal

PART I

1. 'Tell me why you're interested in learning this subject?'
'Economics ... to explain the phenomena in Business World.'
Answer : B. Tries
2. 'What's on the news today?'
'The policeman ... caaaught the criminal.'
Answer : B. Has
3. 'After travelling across the country, I think Toronto ... the busiest city in Canada.'
answer : C. is
4. 'You should sleep early tonight because we start our journey tomorrow and five hundred miles ... a long
distance to drive in one day.'
Answer : D. are
5.'After the incident at the border yesterday, the army has reinforced ... strength this morning.'
Answer : D. their
6. 'Children, tell me the functions of these tools!'
'Scissors ... to cut thin materials.'
Answer : C. are used
7. 'According to the recipe, I need seven ... to make this chicken pie.'
Answer : C. potatoes
8. 'There are a lot of disasters in Indonesia these days.'
'Yes. And now, the earthquake and tsunami phenomena always ... a lot of people.'
Answer : A. fascinate
9. Which of these sentences is correct?
Answer : D. The car made a loud noise.
10. Jim : CaiI use that car?
Mark : No. It's ... car.
Answer : C. my mother - in - law's
11. 'The old man's house is old.'
'Yes. One of ... windows is broken.'
Answer : its
12. 'Where we will sleep tonight?'
'Ann is going to share her room with ..., isn't she?'
Answer : A. you and me
13. 'What's said in the memo?'
'You and ... are expected to be present at the student representative meeting.'
Answer : A. I
14. 'The students must be made to understand how each lesson can be value to ...'
'I absolutely agree wtih you.'
Answer : C. them
15. 'How does Jarohi play guitar?'
'As well as ... do.'
Answer : A. I
16. 'Anything happens to you, don't forget that ... mother and father love you.'
Answer : B. your
17. 'Vito and I have a lot in common.'
'Yes, your ideas, ... somewhat unusual to me.'
Answer : B. like him, is
18. 'Is that your book?'
'This doesn't look like ... book; it must be ....'
Answer : A. my / yours
19. 'What's the decision?'
'I don't know yet. The committee are still arguing among ..."
Answer : E. themselves
20. Mother : What are doing?
Children : Chatting.
Mother : What! You waste your time. You get ... from that.
Answer : D. nothing
21. 'Does ... know where my glasses?'
'You're wearing them. Why you're always so forgetful?'
Answer : E. anybody
22. ' ... of the bread has been taken from its box.'
' No one likes it.'
Answer : A. some
23. 'Who wants to go with me to the orchestra?'
' .... of us want to go to the orchestra.
Answer : D. All
24. A : Look at the picture on the wall!
B : .... is a beautiful picture.
Answer : D. That
25. 'Who is the man talking to you last night?'
'The man ... I talked t last night was my brother.'
Answer : A. whom


PART II

1. ' ... his own assignments, Sony offered to help his friends.'
Answer : C. Having finished
2. ' ... the money, Tarwan left for his home town.'
Answer : A. Having received
3. 'We always avoid ... to the mall on Sunday because it's too crowded.'
Answer : D. going
4. 'What was he interested in?'
' ... paleontology.'
Answer : B. Learing
5. 'These floors always look dirty in spite of ... every day.'
Answer : D. being swept
6. Bob : 'I'm going out tonight.'
John : 'Would you mind ... the key to the house?'
Answer : E. leaving
7. 'Doel Fajri completely denied ... the money.'
Answer : B. stealing
8. 'What's your hobby?'
' ... stamps.'
Answer : C. Collecting
9. 'Can Rosa accept her parent's divorce?'
'No. She isn't mature enough ...'
Answer : B. to understand
10. 'I wonder where Dadang is.'
'Don't you know the committee forced him ...?'
Answer : C. to resign
11. 'The poor woman can't afford ... a dress.'
Answer : D. to buy
12. 'I smell something ... in the kitchen.'
Answer : D. burning
13. 'I had to ask the soldier ... '
Answer : B. to stop fairing
14. 'What did the teacher tell us?'
'He told us ... noisy.'
Answer : D. Not to be
15. 'Do you object to ... on the table.'
'Yes. You sit on the cake.'
Answer : B. my sitting
16. Rudy : 'What are you looking forward?'
Toni : ' ... my old friends.'
Answer : A. To seeing
17. 'When you go camping, don't forget to bring ... bags.'
Answer : B. sleeping
18. 'The smiling boy clapped his hands.'
It means :
Answer : D. The boy with a smile on his face clapped his hands.
19. 'I am bored the show is very ..."
Answer : E. boring
20. 'We thought of ... across France. We're rather tired of ... by train.'
Answer : D. driving / going
21. 'When at last I succeeded in ... him that I wanted ... home quickly, he put his foot on the accelerator and I
felt the car ... forward.'
Answer : E. convincing / to get / leaping
22. X : 'Bob smoked when he was in College, Does he now?'
Y : 'Yes.'
From the dialog we know that ...
Answer : B. Bob used to smoking.
23. 'I always ... the sun ... every morning.'
Answer : C. watching / rises
24. 'I don't know where ... in this holiday.'
Answer : B. to go
25. 'The car is always hard to start.'
'I think it needs ... '
Answer : E. to be repaired

Sabtu, 19 Maret 2011

Bahasa Inggris Bisnis 2 Tugas 1

Exercise 1 : Subject, Verb, Complement and Modifier

1. George is cooking dinner tonight
Subject Vphrase Complement Modifier of time
2. Henry and Mercia have visited the president
Subject Vphrase Complement
3. We can eat lunch in the restaurant today
Subject Modal Verb Complement Modifier of place Modifier of time
4. Pat should have bought gasoline yesterday
Subject Vphrase Complement Modifier of time
5. Trees grow
Subject Verb
6. It was raining at seven o'clock this morning
Subject Vphrase Modifier of time
7. She opened a checking account at the bank last week
Subject Verb Complement Modifier of place Modifier of time
8. Harry is washing dishes right now
Subject Vphrase Complement Modifier of time
9. She opened her book
Subject Verb Complement
10. Paul, William and Mary were watching television a few minutes ago
Subject Vphrase Complement Modifier of time

Rabu, 05 Januari 2011

ETIKA DALAM EKONOMI

Ilmu ekonomi terkandung dan berkembang dari filosofi moral. Ilmu ekonomi secara umum, diperkenalkan adanya salah satu tokoh peletak dasar ilmu ekonomi yaitu Adam Smith (1723-1790). Dalam bukunya yang berjudul The theory of moral sentimenta(1759), smith mempercayai bahwa bagaimanapun orang mementingkan dunianya sendiri. Pada diri orang yang bersangkutan selalu ada perasaan etika untuk bergairah dan suka melihat dan menolong orang lain menjadi bahagia. Sedangkan dalam praktek setiap kegiatan alokasi sumberdaya, sebenarnya ekonomi mau tidak mau akan melibatkan dirinya pada upaya untuk mencari perangkat-perangkat yang tidak tepat dapat menjamin kearah terbentuknya pola-pola organisasi ekonomi sosial tertentu sesuai dengan pencapaian tujuan yang diinginkan. Alternatif perangkat tersebut dimaksudkan untuk mengarah kepada tujuan agar alokasi sumberdaya yang dilakukan dapat meningkatkan ekonomi ke arah yang lebih baik, khususnya ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat banyak.
Aspek kesejahteraan yang sebenarnya selalu menadi pusat perhatiaan dari disiplin ilmu ekonomi. Yang menyangkut sumberdaya dan komunikasi yang keduanya langka, tapi akan selalu dibutuhkan oleh manusia untuk mendukung kehidupannya, sehingga manusia dipaksakan untuk berhadapan dengan permasalahan alokasi sumberdaya. Hubungannya dengan alokasi tersebut, ilmu ekonomi juga sangat memperhatikan permasalahan organisasi institusional yang mempunyai peran untuk mengatur alokasi sumberdaya, agar tujuan kesejahteraan bagi kepentingan orang banyak dalam masyarakat dapat tercapai.
Yang dibutuhkan dalam lapangan ekonomi adalah sikap disiplin yang berfungsi untuk mendorong orang-orang dalam arah kemauan menaruh rasa hormat kepada hukum yang berlaku secara umum, maupun dibidang lingkungan hidup.
ETIKA BISNIS
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Penerapan etika dalam suatu organisasi, karena aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka
lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal
bertindak secara moral.
Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia,
indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral
PARADIGMA BISNIS YANG BERETIKA DALAM ISLAM
Paradigma adalah cara memandang sesuatu atau model, teori ideal yang dari sudut pandang tertentu sebuah fenomena dijelaskan. Suatu gugus pikir yang dijadikan sebagai cara pandang untuk memahami sesuatu secara utuh. Paradigma bisnis adalah gugusan pikir atau cara pandang tertentu yang dijadikan sebagai landasan bisnis baik sebagai aktifitas maupun sebagai entitas. Dalam aspek ekonomi dan bisnis, Al-Quran telah menawarkan prinsip keadilan dan kesucian pada 3 aspek sekaligus yaitu melarang pengelolaan harta yang terlarang haram, terlarang dalam cara dan proses memperoleh atau mengelola dan mengembangkannya, terlarang pada dampak pengelolaan dan pengembangannya jika merugikan pihak lain.
Kesatuan terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen serta memntingkan konsep konsekuensi dan keteraturan yang menyeluruh. Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi dan sosial demi membentuk kesatuan. Maka etika dan ekonomi atau etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem islam yang homogen yang tidak mengenal kekusutan dan keterputusan.
Keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Keadilan, kebersamaan, kemoderatan merupakan prinsip etis mendasar yang harus diterapkan dalam aktifitas maupun entitas bisnis. Perilaku keadilan dalam bisnis secara tegas dijelaskan dalam konteks perbendaharan bisnis agar pengusaha muslim menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang dengan neraca yang benar, karena perilaku yang baik akan membawa akibat yang baik pula. Kualitas keadilan akan menguasai cakrawala ekonomi dalam ekonomi atau bisnis islam dengan menyingkirkan baik struktur pasar yang eksploitatif maupun perilaku otomistik yang egois dari para agen ekonomi dan bisnis. Keseimbangan sosial harus dipertahankan juga, bukan hanya bidang material seperti kekayaan yang merata, tetapi mengenai distribusi harga diri yang merata antara si kaya dan si miskin. Jadi bahwa keadilan merupakan landasan pikir dan kesadaran dalam pendayagunaan dan pengembangan harta benda agar tidak menyebabkan kebinasaan bagi manusia melainkan menjadi media menuju kesempurnaan jiwa manusia sebagai khalifatullah.
Kebenaran adalah nilai kebenaran yang dianjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku yang benar yang meliputi proses transaksi, mencari, pengembangan maupun dalam proses upaya meraih keuntungan. Dari sikap kebenaran maka suatu bisnis secara otomatis akan melahirkan persaudaraan. Persaudaraan dan kemitraan antara pihak yang berkepentingan dalam bisnis yang saling menguntungkan tanpa ada kerugian. Maka etika bisnis islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.

Minggu, 19 Desember 2010

Tanggung jawab sosial perusahaan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Analisis dan pengembangan

Hari ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible investing).

Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian bea siswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.

"dunia bisnis, selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa diatas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat manapun harus mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama....setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab tersebut [1]

Sebuah definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yaitu suatu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara khusus bergerak dibidang "pembangunan berkelanjutan" (sustainable development) yang menyatakan bahwa:

" CSR adalah merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya".[2].

Pelaporan dan pemeriksaan

Untuk menunjukkan bahwa perusahaan adalah warga dunia bisnis yang baik maka perusahaan dapat membuat pelaporan atas dilaksanakannya beberapa standar CSR termasuk dalam hal:

Di beberapa negara dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun sulit diperoleh kesepakatan atas ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam aspek sosial. Smentara aspek lingkungan--apalagi aspek ekonomi--memang jauh lebih mudah diukur. Banyak perusahaan sekarang menggunakan audit eksternal guna memastikan kebenaran laporan tahunan perseroan yang mencakup kontribusi perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan, biasanya diberi nama laporan CSR atau laporan keberlanjutan. Akan tetapi laporan tersebut sangat luas formatnya, gayanya dan metodologi evaluasi yang digunakan (walaupun dalam suatu industri yang sejenis). Banyak kritik mengatakan bahwa laporan ini hanyalah sekedar "pemanis bibir" (suatu basa-basi), misalnya saja pada kasus laporan tahunan CSR dari perusahaan Enron dan juga perusahaan-perusahaan rokok. Namun, dengan semakin berkembangnya konsep CSR dan metode verifikasi laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi adalah peningkatan kebenaran isi laporan. Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan keberlanjutan merupakan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan di mata para pemangku kepentingannya.

Alasan terkait bisnis (business case) untuk CSR

Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa amat sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya cukup banyak literatur yang memuat tentang cara mengukurnya. Literatur tersebut misalnya metode "Empat belas poin balanced scorecard oleh Deming. Literatur lain misalnya Orlizty, Schmidt, dan Rynes[3] yang menemukan suatu korelasi positif walaupun lemah antara kinerja sosial dan lingkungan hidup dengan kinerja keuangan perusahaan. Kebanyakan penelitian yang mengaitkan antara kinerja CSR (corporate social performance) dengan kinerja finansial perusahaan (corporate financial performance) memang menunjukkan kecenderungan positif, namun kesepakatan mengenai bagaimana CSR diukur belumlah lagi tercapai. Mungkin, kesepakatan para pemangku kepentingan global yang mendefinisikan berbagai subjek inti (core subject) dalam ISO 26000 Guidance on Social Responsibility--direncanakan terbit pada September 2010--akan lebih memudahkan perusahaan untuk menurunkan isu-isu di setiap subjek inti dalam standar tersebut menjadi alat ukur keberhasilan CSR.

Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.

Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.[4]

Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu ataupun lebih dari argumentasi di bawah ini:

Sumberdaya manusia

Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan memperjakan masyarakat sekitar. Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon pelamar pekerjaan [5], terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan, terutama pada saat perusahaan merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran sosial dan lingkungan. Dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai progresif. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya "penyisihan gaji", "penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering) dalam bekerja untuk masyarakat.

Manajemen risiko

Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan--yang semuanya merupakan komponen CSR--pada perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya hal-hal negatif tersebut.[6].

Membedakan merek

Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para pesaingnya di benak konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan yang juga merupakan nilai yang dianut masyarakat.[7]. Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee, setidaknya ada dua jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan terhadap merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan cause related marketing (CRM). Pada CSM, perusahaan memilih satu atau beberapa isu--biasanya yang terkait dengan produknya--yang bisa disokong penyebarluasannya di masyarakat, misalnya melalui media campaign. Dengan terus menerus mendukung isu tersebut, maka lama kelamaan konsumen akan mengenali perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang memiliki kepedulian pada isu itu. Segmen tertentu dari masyarakat kemudian akan melakukan pembelian produk perusahaan itu dengan pertimbangan kesamaan perhatian atas isu tersebut. CRM bersifat lebih langsung. Perusahaan menyatakan akan menyumbangkan sejumlah dana tertentu untuk membantu memecahkan masalah sosial atau lingkungan dengan mengaitkannya dengan hasil penjualan produk tertentu atau keuntungan yang mereka peroleh. Biasanya berupa pernyataan rupiah per produk terjual atau proporsi tertentu dari penjualan atau keuntungan. Dengan demikian, segmen konsumen yang ingin menyumbang bagi pemecahan masalah sosial dan atau lingkungan, kemudian tergerak membeli produk tersebut. Mereka merasa bisa berbelanja sekaligus menyumbang. Perusahaan yang bisa mengkampanyekan CSM dan CRM-nya dengan baik akan mendapati produknya lebih banyak dibeli orang, selain juga mendapatkan citra sebagai perusahaan yang peduli pada isu tertentu.

Ijin usaha

Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi. Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.

Motif perselisihan bisnis

Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan dimana akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan. Contohnya, ada kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan.

Minggu, 31 Oktober 2010

Contoh kasus yang menyimpang dari etika bisnis:
Kasus obat anti nyamuk Hit
Pada kasus Hit, meskipun perusahaan telah meminta maaf dan berjanji untuk menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker tersebut terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran.
IM3 diduga melakukan penggelapan pajak
dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar. 750 penanam modal asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi.
Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan publik dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.
Pihak pemerintah dan DPR perlu segera membentuk tim auditor independen yang kompeten dan kredibel untuk melakukan audit investigatif atau audit forensik untuk membedah laporan keuangan dari 750 PMA yang tidak membayar pajak. Korporasi multinasional yang secara sengaja terbukti tidak memenuhi kewajiban ekonomi, hukum, dan sosialnya bisa dicabut izin operasinya dan dilarang beroperasi di negara berkembang.


Perusahaan Merck and Company
dalam menangani masalah “river blindness” sebagai contohnya ;
River blindness adalah penyakit sangat tak tertahankan yang menjangkau 18 juta
penduduk miskin di desa-desa terpencil di pinggiran sungai Afrika dan Amerika Latin. Penyakit dengan penyebab cacing parasit ini berpindah dari tubuh melalui gigitan lalat hitam. Cacing ini hidup dibawah kulit manusia, dan bereproduksi dengan melepaskan jutaan keturunannya yang disebut microfilaria yang menyebar ke seluruh tubuh dengan bergerak-gerak di bawah kulit, meninggalkan bercak-bercak, menyebabkan lepuh-lepuh dan gatal yang amat sangat tak tertahankan, sehingga korban kadang-kadang memutuskan bunuh diri.
Pada tahun 1979, Dr. Wiliam Campbell, ilmuwan peneliti pada Merck and Company,
perusahaan obat Amerika, menemukan bukti bahwa salah satu obat-obatan hewan yang terjual laris dari perusahaan itu, Invernectin, dapat menyembuhkan parasit penyebab river blindness. Campbell dan tim risetnya mengajukan permohonan kepada Direktur Merck,Dr. P. Roy Vagelos, agar mengijinkan mereka mengembangkan obat tersebut untuk manusia.
Para manajer Merck sadar bahwa kalau sukses mengembangkan obat tersebut, penderita river blindness terlalu miskin untuk membelinya. Padahal biaya riset medis dan tes klinis berskala besar untuk obat-obatan manusia dapat menghabiskan lebih dari 100 juta dollar.
Bahkan, kalau obat tersebut terdanai, tidak mungkin dapat mendistribusikannya, karena penderita tinggal di daerah terpencil. Kalau obat itu mengakibatkan efek samping, publisitas buruk akan berdampak pada penjualan obat Merck. Kalau obat murah tersedia, obat dapat diselundupkan ke pasar gelap dan dijual untuk hewan,sehingga menghancurkan penjualan Invernectin ke dokter hewan yang selama ini menguntungkan.
Meskipun Merck penjualannya mencapai $2 milyar per tahun, namun pendapatan
bersihnya menurun akibat kenaikan biaya produksi, dan masalah lainnya, termasuk
kongres USA yang siap mengesahkan Undang-Undang Regulasi Obat yang akhirnya akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Karena itu, para manajer Merck enggan membiayai proyek mahal yang menjanjikan sedikit keuntungan, seperti untuk river blindness. Namun tanpa obat, jutaan orang terpenjara dalam penderitaan menyakitkan.
Setelah banyak dilakukan diskusi, sampai pada kesimpulan bahwa keuntungan
manusiawi atas obat untuk river blindness terlalu signifikan untuk diabaikan. Keuntunganmanusiawi inilah, secara moral perusahaan wajib mengenyampingkanbiaya dan imbal ekonomis yang kecil. Tahun 1980 disetujuilah anggaran besar untuk mengembangkan Invernectin versi manusia.
Tujuh tahun riset mahal dilakukan dengan banyak percobaan klinis, Merck berhasil
membuat pil obat baru yang dimakan sekali setahun akan melenyapkan seluruh jejak parasit penyebab river blindness dan mencegah infeksi baru. Sayangnya tidak ada yang mau membeli obat ajaib tersebut, termasuk saran kepada WHO, pemerintah AS dan pemerintah negara-negara yang terjangkit penyakit tersebut, mau membeli untuk melindungi 85 juta orang beresiko terkena penyakit ini, tapi tak satupun menanggapi permohonan itu. Akhirnya Merck memutuskan memberikan secara gratis obat tersebut, namun tidak ada saluran distribusi untuk menyalurkan kepada penduduk yang memerlukan. Bekerjasama dengan WHO, perusahaan membiayai komite untuk mendistribusikan obat secara aman kepada negara dunia ketiga, dan memastikan obat tidak akan dialihkan ke pasar gelap dan menjualnya untuk hewan. Tahun 1996, komite mendistribusikan obat untuk jutaan orang, yang secara efektif mengubah hidup penderita dari penderitaan yang amat sangat, dan potensi kebutaan akibat penyakit tersebut.
Merck menginvestasikan banyak uang untuk riset, membuat dan mendistribusikan obat yang tidak menghasilkan uang, karena menurut Vegalos pilihan etisnya adalah
mengembangkannya, dan penduduk dunia ketiga akan mengingat bahwa Merck
membantu mereka dan akan mengingat di masa yang akan dating. Selama bertahun-tahun perusahaan belajar bahwa tindakan semacam itu memiliki keuntungan strategis jangka panjang yang penting.
Para ahli sering berkelakar, bahwa etika bisnis merupakan sebuah kontradiksi istilah
karena ada pertentangan antara etika dan minat pribadi yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Ketika ada konflik antara etika dan keuntungan, bisnis lebih memilih keuntungan daripada etika.
Buku Business Ethics mengambil pandangan bahwa tindakan etis merupakan strategi bisnis jangka panjang terbaik bagi perusahaan – sebuah pandangan yang semakin diterima dalam beberapa tahun belakangan ini.